selingkuh

Kenapa Orang Selingkuh?

19 Juni 2024 – Perselingkuhan atau infidelity adalah pelanggaran terhadap komitmen eksklusif dalam suatu hubungan romantis. Perselingkuhan didefinisikan sebagai tindakan di mana seseorang dalam hubungan yang berkomitmen dan terlibat dalam hubungan emosional atau fisik dengan orang lain tanpa sepengetahuan atau persetujuan pasangannya. Menurut American Association for Marriage and Family Therapy (AAMFT), sekitar 15% dari pasangan menikah melaporkan bahwa mereka pernah mengalami perselingkuhan emosional atau fisik dalam pernikahan mereka.

Kenapa Orang Selingkuh?

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Perselingkuhan

Bagi pasangan yang terlibat dalam sebuah hubungan berkomitmen, baik itu berpacaran ataupun telah menikah, perselingkuhan menjadi sebuah hal yang menakutkan dan bisa mengancam hubungan yang sedang dijalani. Lantas, faktor-faktor apa saja yang bisa mendorong perselingkuhan?

  1. Beberapa orang mungkin lebih rentan melakukan perselingkuhan karena faktor-faktor individu seperti kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, kecenderungan untuk mencari pengalaman baru, dan sifat narsistik.
  2. Kualitas hubungan, termasuk tingkat kepuasan dalam hubungan dan komunikasi yang buruk, juga memainkan peran penting dalam terjadinya perselingkuhan. Pasangan yang merasa tidak puas dalam hubungan mereka lebih mungkin untuk mencari pemenuhan emosional atau fisik di luar hubungan mereka.
  3. Lingkungan sosial dan budaya dapat mempengaruhi sikap terhadap perselingkuhan. Norma sosial yang permisif terhadap hubungan di luar nikah atau lingkungan yang mendukung interaksi intens antar teman dapat meningkatkan risiko perselingkuhan.

Perselingkuhan Mempengaruhi Psikologis Kamu

Perselingkuhan dapat memiliki dampak psikologis yang mendalam bagi semua pihak yang terlibat. Beberapa dampak tersebut yakni trauma emosional di mana pasangan yang dikhianati seringkali mengalami perasaan marah, kecewa, dan rendah diri. Mereka mungkin juga mengalami gejala stres pasca-trauma (PTSD) akibat pengkhianatan tersebut.

Kedua pasangan bisa mengalami penurunan kesehatan mental, termasuk depresi dan kecemasan. Bagi pelaku perselingkuhan, rasa bersalah dan malu dapat berdampak pada kondisi mental mereka.

Perselingkuhan juga seringkali menyebabkan ketidakpercayaan yang mendalam dalam hubungan, yang bisa sulit untuk dipulihkan. Ini dapat mengarah pada konflik yang berkelanjutan, atau bahkan perceraian bagi pasangan yang sudah menikah.

Penanganan dan Pemulihan

  1. Lakukan Konseling Pasangan (Couple Counselling): Konseling pasangan adalah salah satu cara efektif untuk menangani dampak perselingkuhan. Konseling ini berfokus pada komunikasi yang jujur, memahami akar masalah, dan membangun kembali kepercayaan.
  2. Konseling juga bisa dilakukan untuk individu. Bagi beberapa orang, konseling individu mungkin diperlukan untuk menangani trauma emosional dan mengembangkan mekanisme koping yang sehat.

Proses membangun kembali kepercayaan memerlukan waktu dan komitmen dari kedua belah pihak. Proses ini membutuhkan transparansi, konsistensi dalam perilaku, dan komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Perselingkuhan adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor individual, hubungan, dan sosial. Dampaknya terhadap kesehatan mental dan dinamika hubungan bisa sangat signifikan. Namun, melalui terapi dan komitmen untuk perbaikan, pasangan dapat bekerja menuju pemulihan dan membangun kembali hubungan mereka. Studi lebih lanjut terus dilakukan untuk memahami lebih dalam tentang perselingkuhan dan cara terbaik untuk menangani dampaknya.

Jika kamu sedang mengalaminya, sangat disarankan untuk segera konseling dengan profesional seputar kondisi kesehatan mentalmu. Kamu bisa melakukan konseling online di PsyKay dengan lebih dari 200 Mitra Psikolog profesional berlisensi untuk mengetahui kondisi psikologis kamu dengan lebih baik. Yuk, segera akses PsyKay di www.psykay.co.id atau download aplikasi PsyKay di Google Playstore.

Jangan sampai ketinggalan informasi seputar promo konseling di PsyKay, dengan follow media sosial PsyKay di @psykayindonesia (Instagram) dan @psykay.id (TikTok)!

PsyKay, #AplikasiKonselingUntukKesehatanMentalmu

Referensi

  1. American Association for Marriage and Family Therapy (AAMFT). (n.d.). Infidelity.
  2. Allen, E. S., & Rhoades, G. K. (2008). Infidelity: Definitions, rates, and correlates. Marriage and Family Review, 45(6-8), 1-4.
  3. Blow, A. J., & Hartnett, K. (2005). Infidelity in committed relationships II: A substantive review. Journal of Marital and Family Therapy, 31(2), 217-233.
  4. Fife, S. T., Weeks, G. R., & Gambescia, N. (2008). Treating infidelity: An integrative approach. The American Journal of Family Therapy, 36(4), 305-316.
  5. Fincham, F. D., & May, R. W. (2017). Infidelity in Romantic Relationships. Current Opinion in Psychology, 13, 70-74.
  6. Gordon, K. C., Baucom, D. H., & Snyder, D. K. (2004). An integrative intervention for promoting recovery from extramarital affairs. Journal of Marital and Family Therapy, 30(2), 213-231.
  7. Johnson, S. M. (2004). The Practice of Emotionally Focused Couple Therapy: Creating Connection. Routledge.
  8. Treas, J., & Giesen, D. (2000). Sexual infidelity among married and cohabiting Americans. Journal of Marriage and Family, 62(1), 48-60.
  9. Spring, J. A. (1996). After the Affair: Healing the Pain and Rebuilding Trust When a Partner Has Been Unfaithful. Harper Perennial.