Superiority Complex

Mengapa Orang-Orang Sering Merasa Dirinya Lebih Baik dari Orang Lain?

Memahami Fenomena Superiority Complex dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

25 Juni 2024 – Ada sebuah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan sikap atau keyakinan seseorang bahwa mereka lebih unggul dari orang lain dalam berbagai aspek. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi hubungan interpersonal antar manusia tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan mental individu yang mengalaminya. Pernah dengar tentang Superiority Complex?

Kenalan dengan Istilah Superiority Complex

Superiority complex pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Adler, seorang psikolog terkenal dari Austria, yang sebagian teori psikologinya membahas tentang perasaan superior dan perjuangan untuk selalu jadi lebih unggul. Menurut Adler, superiority complex berkembang sebagai mekanisme pertahanan untuk mengatasi perasaan rendah diri atau inferioritas yang mendalam. Orang dengan superiority complex sering menunjukkan perilaku yang berlebihan dalam usaha mereka untuk merasa lebih baik atau lebih unggul dari orang lain.

Penasaran Kayak Gimana? Ini Tanda-Tanda Superiority Complex

  1. Merendahkan Orang Lain. Mereka sering kali merendahkan atau meremehkan kemampuan dan pencapaian orang lain untuk membuat diri mereka terlihat lebih unggul. 
  2. Sombong banget! Mereka menunjukkan tingkat kesombongan yang tinggi dan cenderung membanggakan diri sendiri tanpa henti.
  3. Kesulitan Menerima Kritik. Orang dengan superiority complex biasanya sulit menerima kritik dan cenderung membela diri atau menyerang balik saat dikritik.
  4. Haus Validasi Eksternal. Mereka sangat bergantung pada pujian dan pengakuan dari orang lain untuk mempertahankan perasaan superioritas mereka.
  5. Kurang Empati. Biasanya, mereka cukup menonjol karena cenderung kurang memahami atau kurang peduli terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain di sekitar.

Terus, Apa Hubungannya Superiority Complex sama Kesehatan Mental?

Superiority complex tidak hanya mempengaruhi interaksi sosial tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental individu yang mengalaminya. Beberapa dampak negatifnya kurang lebih disebabkan oleh perilaku yang mereka tunjukkan. 

Sikap merendahkan dan kesombongan rentan menyebabkan konflik dan kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis dengan orang lain. Selain itu, upaya mereka yang terus-menerus mempertahankan citra superior dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berkepanjangan. Maka dari itu, biasanya orang dengan superiority complex cenderung menarik diri dari interaksi sosial karena mereka merasa sulit menemukan orang yang “setara” dengan mereka, yang sebenarnya membuat mereka frustrasi dan stres karena sikap dirinya sendiri.

Biasanya, mereka cenderung minim merasakan kebahagiaan. Meski tampak percaya diri, banyak individu dengan superiority complex sebenarnya merasa tidak bahagia dan tidak puas dengan diri mereka sendiri.

Apakah Superiority Complex Sama dengan NPD?

Superiority Complex dan Narcissistic Personality Disorder (NPD) memang memiliki beberapa kemiripan dalam hal perilaku, namun keduanya adalah konsep yang berbeda secara klinis.

Meskipun superiority complex dan Narcissistic Personality Disorder (NPD) memiliki beberapa kesamaan dalam perilaku yang ditunjukkan, keduanya berbeda dalam pengakuan klinis, penyebab utama, dan dampaknya. Superiority complex sering kali merupakan respons terhadap perasaan rendah diri, sementara NPD adalah gangguan kepribadian yang lebih serius dengan akar yang lebih dalam.

Kedua kondisi ini bisa merugikan orang-orang di sekitar individu yang mengalaminya, termasuk rekan kerja, anggota keluarga, teman, dan pasangan. Oleh karena itu, memahami perbedaan dan dampak dari kedua kondisi ini sangat penting untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam mengelola dan membantu individu yang mengalami kondisi tersebut.

Superiority complex adalah fenomena psikologis yang dapat berdampak negatif pada hubungan interpersonal dan kesehatan mental. Memahami tanda-tanda dan dampaknya sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Dengan kesadaran diri, empati, dan bantuan profesional, seseorang dapat mengatasi superiority complex dan membangun hubungan yang lebih sehat dan memuaskan.

Jika kamu sedang mengalaminya, sangat disarankan untuk segera konseling dengan profesional seputar kondisi kesehatan mentalmu. Kamu bisa melakukan konseling online di PsyKay dengan lebih dari 200 Mitra Psikolog profesional berlisensi untuk mengetahui kondisi psikologis kamu dengan lebih baik. Yuk, segera akses PsyKay di www.psykay.co.id atau download aplikasi PsyKay di Google Playstore.

Jangan sampai ketinggalan informasi seputar promo konseling di PsyKay, dengan follow media sosial PsyKay di @psykayindonesia (Instagram) dan @psykay.id (TikTok)!

 

PsyKay, #AplikasiKonselingUntukKesehatanMentalmu

Referensi

  • Adler, A. (1956). The Individual Psychology of Alfred Adler: A Systematic Presentation in Selections from His Writings. Basic Books.
  • American Psychological Association. (2020). Superiority Complex. Diakses dari https://www.apa.org/
  • American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.
  • Cherry, K. (2020). Narcissistic Personality Disorder. Verywell Mind. Diakses dari https://www.verywellmind.com/
  • Cherry, K. (2020). Superiority Complex: Understanding Why Some People Act Superior. Verywell Mind. Diakses dari https://www.verywellmind.com/
  • Psychology Today. (2020). Superiority Complex. Diakses dari https://www.psychologytoday.com/