adiksi

Adiksi

Adiksi adalah kondisi di mana seseorang mengalami ketergantungan yang kuat terhadap suatu aktivitas atau zat, hingga berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari. Dalam psikologi, adiksi dipahami sebagai masalah kompleks yang melibatkan aspek biologis, psikologis, dan sosial. Fenomena ini dapat memengaruhi siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang sosial ekonomi.

Adiksi, Ketergantungan yang Kadang Tidak Disadari

Mengenal Adiksi

Adiksi, atau ketergantungan, didefinisikan sebagai kondisi di mana individu tidak mampu mengendalikan penggunaan zat atau perilaku tertentu meskipun ada konsekuensi negatif yang nyata. Psikologi modern memandang adiksi sebagai suatu gangguan mental yang melibatkan perubahan dalam sistem penghargaan otak. Ini menyebabkan individu merasa terdorong untuk terus melakukan aktivitas adiktif meskipun sadar akan dampak buruknya. American Psychological Association (APA) mengklasifikasikan adiksi sebagai gangguan penggunaan zat atau gangguan perilaku yang sering kali memerlukan intervensi profesional.

Gejala Adiksi; Apakah Sebatas Ketergantungan Berlebihan?

Gejala adiksi dapat bervariasi tergantung pada jenis zat atau perilaku yang menyebabkan ketergantungan, tetapi ada beberapa tanda umum yang sering dialami oleh individu yang mengalami adiksi, baik zat maupun perilaku. Berikut adalah gejala utama adiksi:

  1. Kehilangan Kontrol: Individu kesulitan mengendalikan penggunaan zat atau perilaku, meskipun telah mencoba berhenti atau mengurangi. Mereka terus melakukannya meskipun sadar akan dampak negatifnya.
  2. Keinginan atau Dorongan Kuat (Craving): Adiksi sering kali disertai oleh dorongan kuat untuk menggunakan zat atau melakukan perilaku tertentu, bahkan ketika situasinya tidak tepat.
  3. Toleransi Tubuh Meningkat: Tubuh membutuhkan dosis yang lebih besar atau frekuensi yang lebih sering untuk merasakan efek yang sama, terutama dalam adiksi zat seperti alkohol, narkoba, atau nikotin.
  4. Gejala Putus Zat: Jika individu mencoba menghentikan atau mengurangi penggunaan, mereka mungkin mengalami gejala putus zat, seperti tremor, kecemasan, iritabilitas, depresi, atau mual.
  5. Mengabaikan Tanggung Jawab: Pekerjaan, sekolah, atau tanggung jawab keluarga sering terabaikan karena terlalu banyak waktu atau energi yang dihabiskan untuk adiksi.
  6. Masalah Sosial atau Interpersonal: Adiksi dapat menyebabkan konflik dengan teman, keluarga, atau rekan kerja, karena perilaku adiktif yang merusak hubungan dan komunikasi.
  7. Penggunaan Berlanjut Meski Ada Masalah Kesehatan atau Psikologis: Meskipun sudah mengalami konsekuensi negatif seperti gangguan kesehatan, stres, atau kecemasan, individu tetap melanjutkan perilaku atau penggunaan zat tersebut.
  8. Perubahan Perilaku atau Suasana Hati: Individu mungkin menunjukkan perubahan suasana hati yang cepat, seperti menjadi marah, depresi, atau terlalu bahagia setelah menggunakan zat atau terlibat dalam perilaku adiktif.

Gejala-gejala ini bisa muncul dalam berbagai tingkat keparahan, dan penting untuk mengenali tanda-tandanya lebih awal untuk mencegah dampak yang lebih serius.

Banyak yang Tidak Menyadari Adiksi

Individu yang mengalami adiksi tidak selalu menyadari bahwa mereka memiliki masalah. Dalam banyak kasus, mereka mungkin merasa bahwa mereka masih memiliki kendali atas perilaku adiktif mereka, bahkan ketika sudah mengalami konsekuensi negatif. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

  1. Mekanisme Denial (Penolakan): Banyak orang yang mengalami adiksi menggunakan mekanisme pertahanan psikologis seperti penolakan, di mana mereka menolak mengakui bahwa perilaku mereka tidak terkendali. Mereka mungkin merasionalisasi atau meminimalkan dampak dari adiksi tersebut.
  2. Perubahan pada Otak: Adiksi mempengaruhi otak, terutama bagian yang mengontrol keputusan, emosi, dan kesadaran diri. Hal ini membuat individu sulit menyadari bahwa mereka kehilangan kontrol dan membuat mereka terus terjebak dalam pola perilaku adiktif.
  3. Stigma Sosial: Beberapa individu mungkin enggan untuk mengakui adanya adiksi karena takut terhadap stigma sosial atau merasa malu. Mereka mungkin lebih memilih untuk menyembunyikan masalah mereka daripada mencari bantuan.

Namun, ada juga individu yang pada akhirnya menyadari adiksi mereka, biasanya ketika dampaknya sudah cukup serius, seperti mengalami kerusakan hubungan, masalah kesehatan, atau kesulitan finansial. Sadar akan adiksi adalah langkah pertama menuju pemulihan, meskipun tidak selalu mudah bagi setiap orang untuk mencapainya.

Jenis-Jenis Adiksi

Adiksi tidak hanya terbatas pada penyalahgunaan zat seperti narkoba atau alkohol, tetapi juga bisa mencakup berbagai perilaku. Beberapa jenis adiksi yang sering dibahas dalam psikologi meliputi:

  1. Adiksi Zat: Ketergantungan pada zat kimia seperti alkohol, obat-obatan terlarang, nikotin, dan obat resep medis.
  2. Adiksi Perilaku: Ketergantungan pada aktivitas tertentu seperti judi, belanja, penggunaan internet berlebihan, media sosial, dan game. Adiksi perilaku ini sering kali memicu gejala yang mirip dengan ketergantungan zat.
  3. Adiksi Makanan: Makan secara kompulsif atau ketergantungan pada jenis makanan tertentu, terutama makanan tinggi gula dan lemak, yang dapat mengarah pada gangguan makan seperti binge eating disorder.

Penyebab Adiksi Tidak Tunggal

Adiksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik biologis, psikologis, maupun sosial. Beberapa penyebab umum yang telah diidentifikasi dalam penelitian psikologi antara lain faktor biologis, psikologis, dan sosial.

Adiksi memiliki dampak serius pada kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis seseorang. Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalami adiksi, tetapi juga oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga dan teman. Beberapa dampak psikologis dari adiksi meliputi gangguan kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi, ingatan yang menurun, dan kemampuan pengambilan keputusan yang terganggu. Juga bisa menyebabkan kecemasan dan depresi. Ketergantungan pada zat atau perilaku tertentu sering digunakan sebagai mekanisme untuk mengatasi perasaan negatif, tetapi dalam jangka panjang, ini justru memperburuk kondisi mental mereka.

Adiksi pun dapat mengganggu hubungan sosial, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang mengalami adiksi kehilangan pekerjaan, hubungan pribadi, dan terisolasi secara sosial akibat ketergantungan mereka.

Jika kamu merasa mengalami gejala adiksi atau ketergantungan yang berlebihan, segera cari pendampingan dan dukungan profesional kesehatan mental. Konseling online di PsyKay yang menyediakan lebih dari 200 Mitra Psikolog profesional berlisensi bisa membantu untuk mengetahui kondisi psikologis kamu dengan lebih baik dan membantumu mengurangi gejala adiksi. 

Yuk, segera akses PsyKay di www.psykay.co.id atau download aplikasi PsyKay di Google Playstore. Jangan sampai ketinggalan informasi seputar promo konseling di PsyKay, dengan follow media sosial PsyKay di @psykayindonesia (Instagram) dan @psykay.id (TikTok)!

PsyKay, #AplikasiKonselingUntukKesehatanMentalmu

Referensi:

American Psychological Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). APA Publishing.

Marlatt, G. A., & Donovan, D. M. (Eds.). (2005). Relapse prevention: Maintenance strategies in the treatment of addictive behaviors. Guilford Press.

 

Sussman, S., & Sussman, A. N. (2011). Considering the definition of addiction. International Journal of Environmental Research and Public Health, 8(10), 4025-4038.

Volkow, N. D., & Morales, M. (2015). The brain on drugs: From reward to addiction. Cell, 162(4), 712-725.