Tiba-Tiba Diputusin Pacar? Kira-Kira Kenapa , Ya?

Diputusin Pacar

11 Juni 2024 – Ketika pasangan tiba-tiba memutuskan hubungan, hal ini dapat menjadi pengalaman yang sangat menyakitkan dan membingungkan bagi pihak yang ditinggalkan. Untuk menerima, terkadang kita butuh penjelasan atas keadaan. Untuk memproses, terkadang kita butuh waktu. Tapi, emang beneran? Masa sih kayak gitu?

Yuk, kita bahas fenomena ini dari sudut pandang psikologi, termasuk alasan-alasan di balik keputusan tersebut, dampak psikologisnya, dan cara-cara untuk mengatasi situasi ini!

Diputusin pacar

Diputusin Pacar

Di Balik Keputusan untuk Memutuskan Hubungan Pasti Ada Alasannya

  1. Dalam banyak kasus, keputusan untuk memutuskan hubungan secara tiba-tiba sebenarnya didasari oleh ketidakpuasan yang telah terpendam lama. Ketidakpuasan dalam hubungan yang tidak diungkapkan dapat berakumulasi dan pada akhirnya memicu keputusan untuk mengakhiri hubungan secara mendadak.
  2. Ada juga yang memutuskan hubungan karena kebutuhan pribadinya dirasa tidak terpenuhi oleh pasangan. Seseorang mungkin merasa bahwa kebutuhan emosional atau pribadi mereka tidak terpenuhi dalam hubungan tersebut. Jika individu merasa bahwa hubungan tersebut tidak lagi sesuai dengan tujuan hidup atau nilai-nilai mereka, mereka mungkin memilih untuk keluar dari hubungan.
  3. Kadang kala, kehadiran orang ketiga atau keterlibatan emosional dengan orang lain bisa menjadi salah satu alasan seseorang tiba-tiba memutuskan hubungan. Perselingkuhan sering kali menjadi penyebab utama putusnya hubungan secara mendadak.
  4. Pasangan sedang mengalami perubahan situasional dalam kehidupan. Perubahan besar dalam hidup seperti perpindahan tempat tinggal, perubahan karir, atau masalah keluarga dapat menyebabkan seseorang merasa perlu untuk memutuskan hubungan secara tiba-tiba. Perubahan hidup yang signifikan dapat menimbulkan stres yang mengganggu stabilitas hubungan. 

Putusnya Hubungan Secara Mendadak berdampak Secara Psikologis

Sering sekali kita menemukan banyak kasus di mana pihak yang ditinggalkan akan mencari informasi, kepastian, penjelasan, juga pembelaan melalui teman-teman terdekat atau anggota keluarga dari mantan pasangannya. Terkadang pihak yang ditinggalkan juga tidak segan melakukan hal-hal nekat yang tak jarang juga bisa menganggu mantan pasangan atau orang-orang sekitar. Kira-kira kenapa, sih, kayak gitu

Bagi pihak yang ditinggalkan, akan muncul perasaan negatif yang tidak nyaman, seperti sedih, kehilangan, dan penolakan. Perasaan tersebut mungkin akan banyak bermanifestasi dalam bentuk reaksi emosional dan reaksi perilaku, yang sebenarnya adalah upaya mereka mengatasi perasaan negatif tersebut.

Tentunya, putus hubungan secara mendadak ini dapat menyebabkan trauma emosional yang mendalam bagi pihak yang ditinggalkan. Gejala umum meliputi rasa kaget, bingung,

marah, dan kesedihan yang mendalam. Individu yang ditinggalkan mungkin mengalami peningkatan risiko depresi, kecemasan, dan penurunan harga diri. 

Selain itu, kepercayaan terhadap diri sendiri dan orang lain dapat terguncang. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang sehat di masa depan karena takut akan pengulangan pengalaman yang sama.

Cara Menghadapi Putusnya Hubungan Secara Mendadak

  1. Mencari dukungan sosial dari teman dan keluarga sangat penting dalam masa-masa sulit ini.
  2. Fokus pada kesejahteraan pribadi. Menjaga kesehatan fisik dan mental dengan berolahraga, mengembangkan hobi, dan melakukan aktivitas yang menyenangkan dapat membantu memulihkan diri dari trauma.
  3. Bangun kembali rasa percaya diri melalui self-reflection dan pengembangan diri adalah langkah penting. 
  4. Menulis jurnal atau mengikuti pelatihan pengembangan diri dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan penerimaan diri. Di PsyKay Indonesia, tersedia fitur MoodBoard, untuk menulis jurnal harian yang kemudian bisa dilihat dalam bentuk grafik hingga kamu mampu melihat fluktuasi mood kamu.
  5. Segerakan untuk konseling dengan profesional. Konseling dapat menjadi cara efektif untuk memproses emosi dan mendapatkan perspektif baru, juga dapat membantu seseorang memahami perasaan mereka, mengembangkan strategi koping, menerima keadaan dan mempersiapkan diri untuk hubungan yang lebih sehat di masa depan.

Putusnya hubungan secara mendadak adalah fenomena yang kompleks dan bisa sangat merugikan secara emosional. Alasan di balik keputusan tersebut bisa bervariasi, namun dampaknya terhadap kesehatan mental dan emosional individu yang ditinggalkan bisa sangat signifikan apapun alasannya. 

Sebenarnya, setelah putus cinta merupakan hal yang normal dan wajar untuk mengalami perasaan negatif, namun sangat penting untuk segera mencari dukungan, memberi diri waktu untuk sembuh, dan menjaga kesehatan mental agar dapat mengatasi tekanan yang dialami, bekerja secara produktif, dan berkontribusi kepada komunitas. Meraih keseimbangan emosional, psikologis, dan sosial. Dengan dukungan sosial, terapi, dan fokus pada kesejahteraan pribadi, individu dapat pulih dan membangun kembali kehidupan mereka.

Jika kamu sedang mengalaminya, sangat disarankan untuk segera konseling dengan profesional seputar kondisi kesehatan mentalmu. Kamu bisa melakukan konseling online di PsyKay dengan lebih dari 200 Mitra Psikolog profesional berlisensi untuk mengetahui kondisi psikologis kamu dengan lebih baik. Yuk, segera akses PsyKay di www.psykay.co.id atau download aplikasi PsyKay di Google Playstore.

Jangan sampai ketinggalan informasi seputar promo konseling di PsyKay, dengan follow media sosial PsyKay di @psykayindonesia (Instagram) dan @psykay.id (TikTok)!

PsyKay, #AplikasiKonselingUntukKesehatanMentalmu

Referensi

  1. Davis, D., Shaver, P. R., & Vernon, M. L. (2003). Attachment style and subjective motivations for sex. Personality and Social Psychology Bulletin, 30(8), 1076-1090.
  2. Johnson, S. M. (2004). The Practice of Emotionally Focused Couple Therapy: Creating Connection. Routledge.
  3. Kross, E., Berman, M. G., Mischel, W., Smith, E. E., & Wager, T. D. (2011). Social rejection shares somatosensory representations with physical pain. Proceedings of the National Academy of Sciences, 108(15), 6270-6275.
  4. Le, B., Dove, N. L., Agnew, C. R., Korn, M. S., & Mutso, A. A. (2010). Predicting nonmarital romantic relationship dissolution: A meta-analytic synthesis. Personal Relationships, 17(3), 377-390.
  5. Monroe, S. M., & Hadjiyannakis, K. (2002). The social environment and depression: Focusing on severe life stress. *Handbook of Depression, 314-340.
  6. Rusbult, C. E., & Van Lange, P. A. M. (2003). Interdependence, Interaction, and Relationships. Annual Review of Psychology, 54(1), 351-375.
  7. Sbarra, D. A., & Emery, R. E. (2005). The Emotional Sequelae of Nonmarital Relationship Dissolution: Analysis of Change and Intraindividual Variability Over Time. Personal Relationships, 12(2), 213-232.
  8. Simpson, J. A., & Rholes, W. S. (2012). Adult attachment orientations, stress, and romantic relationships. Advances in Experimental Social Psychology, 45, 279-328.
  9. Sprecher, S., Felmlee, D., Metts, S., Fehr, B., & Vanni, D. (1998). Factors associated with distress following the breakup of a close relationship. Journal of Social and Personal Relationships, 15(6), 791-809.